
Karya: Muhammad Dziban Ramadhan (Kelas 7F Tahun Pelajaran 2024-2025), meraih juara terunik dari Penerbit Cahaya Pelangi Media
Di sebuah desa hiduplah seorang janda miskin dengan anak tunggalnya yang bernama Arman. Arman adalah nama panggilan khas sejak mendiang ayahnya masih hidup. Begitu juga di kalangan warga desa yang menjadi tempat kelahiran Arman. Semua penduduk di kampung tersebut juga memanggilnya demikian, panggilan nama yang terasa singkat, padat, dan jelas. Ibarat belajar mata pelajaran PPKn bab undang-undang dan pasal-pasal.
Arman berasal dari keluarga yang bisa dikatakan kurang beruntung, betapa tidak, ibunya sebagai penjual sayur keliling bermodalkan pas-pasan. Namun demikian kondisi ini tidak menyurutkan semangat hidup mereka. Di tengah gegap gempitanya perekonomian masyarakat yang terus meningkat mereka tetap bertahan walaupun seringkali mereka dipandang sebelah mata.
Kondisi ini tidak mudah untuk dihadapi oleh anak seumur Arman apalagi teman-temannya di kampung itu rata-rata tergolong mampu dalam perekonomian keluarganya, berkat kegigihan Sang Ibu dalam mengarungi kehidupan sehari-hari, hal ini menjadi inspirasi dalam hati dan pikiran Arman dalam berbuat dan bersosialisasi di masyarakat.
Arman seolah-olah menjadi sosok yang nantinya akan ditokohkan dalam kehidupan nyata ke depannya. Jika situasi seperti ini terus berpihak kepadanya, siapa menabur dia yang akan memanennya. Begitulah slogan kehidupan yang terus bergulir dihatinya dari tahun ke tahun.
Suatu hari ketika Arman sedang pergi ke sekolah, dia mendapat banyak ujian yakni ejekan dari teman-temannya. Hampir semua temannya mengatakan bahwa Arman tidak tahu diri karena dia adalah orang miskin yang seharusnya tidak perlu sekolah. Namun Arman tidak menghiraukan ejekan tersebut, ia tetap mencari ilmu. Tidak sekedar ejekan, Arman juga menjadi bulan-bulanan oleh teman-temannya. Akhirnya Arman mulai kesal karena setiap hari di bully, maka dari itu setiap pulang sekolah dia selalu mengadu kepada ibunya sambil menangis perihal tersebut.
“Sudahlah nak, Arman jadikan saja hinaan dari teman-temanmu itu menjadi motivasi untuk membuktikan bahwa kamu adalah anak yang lebih baik dari mereka yang menghinamu,” Kata ibu menenangkan Arman.
Belum ada komentar yang disetujui untuk cerpen ini.