SMP NEGERI 26 SURABAYA
  NPP : 357814D1007537
  Instagram : @perpus_smpn26surabaya
  Tik Tok : @lumbungilmu.perpus26sby
  E-mail : perpussmpn262023@gmail.com
  Alamat : SMPN 26 Jl. Banjarsugihan No. 21, Tandes, Surabaya
SEKILAS INFO >
    Belum ada info

Hitung Mundur Hari Pertama Masuk Sekolah 14 Juli 2025 06:20:00

Memuat...

Bumi dan Semesta (2)

Diterbitkan pada: 25 Jun 2025 22:03 WIB Dibaca: 45x

Karya: Salsabila Y.A (Kelas 7J Tahun Pelajaran 2024-2025)


Setelah sekian lama berpikir, aku memutuskan berjalan untuk mencari pertolongan. Melewati banyak rintangan yang tidak masuk akal, hewan aneh yang berlarian. Entahlah, aku tidak tahu lagi dunia apa ini. Tapi,

“Hei, apakah kamu baik-baik saja?” Ada seorang laki-laki tampan yang menghampiriku saat aku tergeletak karena terpental akibat hewan aneh yang berlarian tadi.

“Ah, iya. Aku baik-baik saja.” Jawabku dengan lantang sembari membersihkan badanku yang kotor dan berdiri.

“Apakah kau yakin? Sikutmu terlihat terluka, ikutlah denganku, akan kuminta Ibuku membersihkan lukamu.” Lelaki itu memastikan─Entah mengapa, menurutku ini sangat aneh.

“Tapi-”

“Ayo!” Dia memotong ucapanku dan menarik tanganku untuk mengikutinya─Hei? Ini benar-benar aneh.

Sepanjang perjalanan ini aku benar-benar merasa aneh, daerah yang ku lewati ini seperti gurun pasir di negara Mesir, Dubai, dan sebagainya yang ada di Bumi. Tapi, ada juga hal aneh yang tidak seperti di Bumi.

“Hei, siapa namamu?” Tanyaku.

“Bumi. Bumian Gautama Aagastya.” Jawabnya.

“Bumi?”

“Ya, namaku Bumi. Bagaimana denganmu gadis cantik? Siapa namamu?” Tanyanya─Tunggu, apa yang dia ucapkan tadi? Gadis? Cantik??

Aku menghentikan langkah kakiku. “Apa katamu? Gadis cantik??”

“Ya, kau memang gadis cantik. Apakah ada yang salah?”

“Kau gila.” Ucapku dengan lantang, karena kupastikan dia mengarang.

“Gila darimana? Lihatlah dirimu di kaca ini, kau memang cantik.” Dia mengeluarkan kaca kecil dari sakunya lalu memberikan kepadaku.

Terlihat benar-benar ada gadis di pantulan kaca ini─Hei, itu aku. Akulah yang ada di pantulan kaca ini. Mengapa aku berubah menjadi seorang gadis? Ini aneh. Aku tidak sanggup memikirkan ini semua, bagaimana ini bisa terjadi?

“Sudahlah, ayo! Jika luka di tanganmu dibiarkan terlalu lama, itu bisa terinfeksi” Ucap laki-laki itu dan menarik tanganku untuk mengikutinya.

“Baiklah, lukamu sudah bersih.” Ucap Ibu sang laki-laki itu dengan senyuman yang sangat manis.

“Teima kasih,” Ucapku sembari menundukkan kepala, memberi tanda bahwa aku sangat menghargai pertolongan Ibu itu.

Laki-laki tadi, atau Bumi, membawa nampan yang ada minuman di atasnya.


Bersambung...

Kembali

Komentar

Tinggalkan Komentar

    Belum ada komentar yang disetujui untuk cerpen ini.