
Karya: CELINE FAWNIA DEWANTI (Kelas 7C Tahun Pelajaran 2024-2025)
Aku bahkan tak tahu siang atau malam, hingga terkadang aku lupa untuk tidur. Aku menggigil setiap saat, karena mereka tidak lagi menyediakan selimut dengan kain satin halus dan bantal kapuk keras untuk alas tidur.
Lama-kelamaan, aku mulai lupa dengan kejadian yang menimpaku dan membuatku berakhir dihukum seperti ini. Aku telah lupa dengan hal-hal yang terjadi di luar sana. Namun, kali ini aku sama sekali tak tertarik dengan dunia luar.
Sampai pada suatu saat, terdapat satu kilat cahaya sendu memasuki ruangan, ini seperti keajaiban. Akhirnya aku bisa melihat dan merasakannya sekali lagi.
Cahaya itu selalu menemaniku di kala aku kesepian, dia selalu berada di sampingku. Aku sangat senang berbincang dengannya, dia satu-satunya yang tidak takut dan mengabaikanku.
Dia juga mengawal tidurku, membacakanku sebuah mantra agar aku cepat terlelap, dan membelai halus kulitku yang menggigil. Sentuhannya dipenuhi kasih sayang.
Sampai pada suatu saat, aku tak dapat menemuinya. Cahaya itu menghilang, aku mencarinya di sepenjuru ruangan dengan tangis tersedu-sedu. Dadaku terasa sesak, kesepian menghantuiku.
Aku terkulai lemas sambil memeluk kedua lututku, memanggilnya dengan sisa tenagaku. Sampai akhirnya air mata itu mengering, dan kedua mataku mulai terlelap dalam kesepian yang buas.
Kesadaranku direnggut seketika. Tapi di detik ini, aku bisa merasakan lagi hangat dari kehadirannya, mantra itu terucap lagi, dan kulit busukku kembali dibelai halus olehnya. Rasanya aku tidak perlu bangun lagi, aku ingin terus dibelai selamanya tanpa henti.
TAMAT
Belum ada komentar yang disetujui untuk cerpen ini.